Sunday, February 13, 2011

Demokrasi Daun Kelor

Membesarkan mulut dunia hanya sekelor dedaunan, membonsai pohon raksasa, mengkerdilkan puncak gunung es, mendramatisasi, mengalihkan isu, isu diutakatik, menjungkirkan akal sehat, membengkokkan yang lurus ekuivalen dengan  meluruskan yang bengkok. Simak bahasa verbal dari seorang mandor  yang sedang bersinar karirnya,  naik daun kelor tengah berorasi kepada komunitasnya

"nah kawan kawan para kroniawan kroniwati sekalian, berhubung adanya gangguan kecil tapi skalanya cukup serius dari org-org dan anasir yang masih dicari sumbernya, pemicunya dimana akhir akhir ini tindakannya sudah sungguh keterlaluan dan lancang, tidak menghargai nilai nilai demokrasi, supremasi hukum dan fatsun or unggah-ungguh alam demokrasi yang berdasarkan analisis para ahli katanya dapat berakibat instabilitas dan merusak kepercayaan masyarakat maka oleh sebab itu ayo kita bikin isu baru, masalah baru, ayo kita ciptakan konflik, sudah menjadi komitmen bersama kita harus terdepan disegala lini, kita harus intip secara detail  kelemahan lawan dan sebaliknya meminimalkan atau mengeleminasi kesalahan kita sekecil apapun".

Sang mandor melihat para kadernya manggut manggut dan tepuk tangan semakin bersemangat. "saudara- saudara yang saya cintai dan pasti saya banggakan, 'upayakan kita benar benar bersih, beli alat pel yang paling canggih agar kotoran yang paling bandel sekalipun dapat dengan mudah disingkirkan, mari rame rame kita bungkam semua kritikus dan dengan memblow up celanya sementara kita bangun citra sendiri karena para pemimpin kita telah dengan sangat tegas  memerintahkan ayo kita rebut piala citra itu, semua kader harus punya kualifikasi  tangkas beretorika, tapi harus hati hati sejauh mungkin hindari perilaku yang melanggar hukum terutama yang kita buat sendiri, hukum oranglain silahkan saja ditabrak karena kita tidak terikat dengan kesepakatan mereka, tapi harap maklum sebenarnya hukum itu tidak pernah ada ceritanya memihak orang yg lemah atau yang benar-benar bisa jadi panglima, sehingga hukum itu jangan mengatur kita tapi kita yang mengolah hukum karena harus dicamkan bahwa sejatinya kita adalah hukum itu sendiri, jangan takut kepada hukum karena kita punya banyak kru bayangan kita bisa bentuk tandingan birokrasi, satgas satgas ormas ormas bimsalabim, gak peduli apakah mereka intoleran atau sektarian  karena birokrasi yang ada selama ini terlalu mapan dan kronis, semua korup benar benar payah untuk disembuhkan karena sudah karakter yang berkarat apalagi para raja-raja kecil di daerah susah diatur hampir nyaris semua kepala daerah masuk bui jadi kita jangan ikut  hanyut capek ngurusin mereka, malah ini kesempatan yg amat baik untuk menempatkan wakil wakil kita untuk menguasai lahan, kalau anda mau sedikit berpikir itu sangat mudah diakali dan dipermak, kita harus kreatif  karena kita telah lebih dulu menguasai "centre of gravity" dan akses kita kepada lembaga lembaga penegak hukum harus dibuka seluas luasnya dan terus menerus dikomunikasikan secara rahasia namun ingat harus dapat dipertanggungjawabkan secara yuridis, kita jangan suka suka intervensi, cukup monitor saja, untuk menajamkan isu itu agar dapat menggelinding dengan baik kita tinggal cetak stempel pinggir jalan dan sebarkan spanduk ditempat tempat strategis lalu panggil para-para mulai  paramedia baik e-media or cetak, sokongan paranormal, infiltrasi parasitoris, paranaturalisasi, dan pelibatan juru-juru, juru ketik jurutulis, jurumudi, jurukunci, juruukir yang semuanya kesohor, mau wajah dan gambar yang seperti apa gampang dibikin sedangkan alat dan pengawaknya jangan repot repot kita punya power punya duit tak terbatas dan uang kita tak punya nomor seri, nah silahkan kita kalkulasi serta  silahkan memobilisasi  para mahasiswa, dalang punakawan, alimulama, konsultan, cerdik pandai sebagai makelar, tukang parkir dengan jurubicara yang vokalnya lantang berapi api, dan pada akhirnya mereka sekaligus berevolusi sebagai sel, jaringan serta barisan kekuatan penyelamat yg amat dahsyat tak tertandingi oleh kelompok penyeimbang manapun, kita juga jgn terlalu ego sektoral kita harus rangkul semua kalangan segenap lapisan tanpa memandang kelas, kita juga gak perlu terlalu popular dan overacting, kita dibelakang layar saja, biarlah cukup Ariel dan Luna yg paling popular dan menghebohkan jadi jgn ragu ragu mari kita manej konflik dan isu dengan cerdas, ayo kita kerja cerdas, cepat  dan tuntas, jangan pertengkarkan due of process cuma memboroskan waktu, cara dan sarana itu hanya masalah teknis semata yang penting hasilnya bisa dirasakan bermanfaat bagi orang kebanyakan dan doa orang kecil itu sangat mujarab yang penting mari kita langgengkan kenyamanan ini mari kita nikmati eforia ini, enak tho! dan so pasti cocok sekali bukan? memang terbukti model demokrasi seperti ini, ini adalah model demokrasi terbaik di dunia, ayo kita pertahankan sampai titik darah yang terakhir, jangan rubah lagi jangan amandemen lagi kita harus benar-benar melaksanakannya secara murni dan konsekuen".

Akibat terlalu bersemangat mulut sang mandor menjadi kering tercekat dan sudah mulai kehabisan kata kata sehingga jeda menurunkan intonasinya "wah ngemeng eh ngomong-ngomong apa anda tidak mendengar tragedi di Mesir yang akhirnya rakyatnya dapat menumbangkan rezim 30 tahun Mubarak?? itulah, karena mereka tidak mau dengar nasehat kita, jauh jauh hari sudah ada teorinya bahwa  jadi pemimpin itu jangan lama lama, bakal bosan orang lihat suara dan wajah kita, karena analoginya makanan itu juga kalau bakso terus kan pasti bosan dan bisa berakibat nek muak kawan dan lawan so mari kita bermain cantik yang penting rakyat senang, setuju???/?/ setuju!! sanggup?? sanggup!! .. jelas??  jelass bos!! tapi tiba-tiba salah seorang kader yang masih lugu bertanya "ada satu yang mengganjal pak bagaimana dengan nasib rakyat yang telah memilih kita???  dengan tangkas karena jam terbang sudah tinggi sang mandor menjawab dengan wajah dibuat tersenyum "sabar sabar nanti ada waktunya kita kan belum BIP (break even point) sesuai petunjuk pimpinan kita minimal pulmod (pulang modal) dulu, barulah kita bisa berpikir ke arah sana, sekarang colling down dulu dan nikmati saja  keadaan ini, karena hal ini sangat susah diraih, masih ada pertanyaan?? kalau tidak ada sudah jangan dipaksakan "okaylah  kalau begitu sudah sudah ayo kita makan lagi sekenyang kenyangnya dan habis itu tidur lagi, "trus kapan kerjanya \?? "ahh sudahlah kerjanya besok besok aja! (LM)

No comments:

Post a Comment